Menyambut Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah tahun 2022, The Aisyiyah Center Universitas Aisyiyah Yogyakarta kembali menggelar seminar dengan tajuk “Arsitektur Gerakan Perempuan Berkemajuan”. Seminar ini menghadirkan beberapa narasumber sekaligus yang menarasikan gagasan-gagasan segar sebagai masukan bagi Muktamar Aisyiyah mendatang.
- Tema: Arsitektur Gerakan Perempuan Berkemajuan
- Narasumber: (1) Prof. Dr. Siti Chammah Soeratno, mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah; (2) Lies Markus, aktivis perempuan; (3) Dr. Kurnia Hastuti Dewi, peneliti BRIN; (4) Dr. Athiyatul Ulya, aktivis perempuan; (5) Sukendar, Ph.D., pemerhati gerakan perempuan; (6) Prof. Dr. Alyasa Abu Bakar, pemerhati gerakan perempuan; (7) Dr. Siti Noordjannah Djohantini, Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah, selaku keynote speaker.
- Pelaksanaan: 14 April 2022, di Hall Baroroh Baried, Universitas Aisyiyah Yogyakarta

Gerakan ‘Aisyiyah sebagai bagian dari persyarikatan Muhammadiyah dari masa ke masa terus mengalami dinamika. Hal tersebut terjadi karena dipengaruhi oleh pemikiran yang dinamis dan terbuka. Melihat perubahan dinamika dari masa tahun 1917 hingga saat ini, ‘Aisyiyah memandang perlu adanya sebuah arsitektur gerakan berkemajuan yang membumi dalam kehidupan bangsa Indonesia.
Pentingnya menyusun arsitektur gerakan berkemajuan, menurut Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) ‘Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini, karena gerakan ‘Aisyiyah menyangkut seluruh aspek kehidupan yang tidak terbatas hanya pada hal yang berkaitan dengan perempuan dan anak.
Namun lanjut dia, aspek lainnya seperti pengembangan pemikiran, wawasan, dan praksis gerakan ‘Aisyiyah ini pada dasarnya berdakwah dalam semua aspek kehidupan dan kepada semua lapisan masyarakat untuk kepentingan masyarakat, umat, bangsa dan kemanusiaan semesta, juga menjadi perhatian.
“Gerakan perempuan Islam Berkemajuan harus membumi dalam kehidupan bangsa Indonesia. Ia punya akar kuat pada landasan agama, Pancasila, dan kebudayaan bangsa tanpa kehilangan wawasan universalitas atau kesemestaan Islam dari pengembangan misi gerakan ‘Aisyiyah-Muhammadiyah,” kata Noordjannah.
Penegasan Noordjannah ihwal arsitektur gerakan perempuan berkemajuan yang digaungkan ‘Aisyiyah disampaikan dalam seminar Pra-Muktamar Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah ke-48 yang digelar, Kamis (14/4). Seminar itu sendiri mengangkat tema “Arsitektur Gerakan Perempuan Berkemajuan”.
Istri dari Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir ini lebih lanjut menyatakan, melalui gerakan yang berlandaskan Islam berkemajuan, ‘Aisyiyah telah banyak berkontribusi dan memberikan jawaban atas persoalan dan kondisi yang ada di masyarakat.
Perspektif Islam
Berkaitan dengan arsitektur gerakan perempuan berkemajuan, bagi Aisyiyah memiliki pondasi nilai, bingkai, orientasi, dan cita-cita yang kuat dalam perspektif ajaran Islam. “Tentunya secara khusus dalam pandangan keagamaan Muhammadiyah yang merujuk pada perspektif Islam berkemajuan,’’ ungkapnya.
Ia mengungkapkan, ‘Aisyiyah sebagai gerakan perempuan yang sedang menjalani abad kedua saat ini, juga dihadapkan pada masalah dan tantangan yang kompleks. Tidak hanya dalam aspek sosial dan ekonomi saja tetapi juga persoalan politik, dan keagamaan.
Karena itulah sebagai organisasi perempuan yang mengemban misi dakwah dan tajdid dalam gerakannya, ‘Aisyiyah dalam area dakwahnya dituntut untuk mengaktualisasikan pandangan, pemikiran keislaman yang berkemajuan dalam semua aspek kehidupan.
Aktualisasi dalam praksis gerakan harus menjangkau usaha-usaha untuk berkontribusi dalam menyelesaikan berbagai permasalahan perempuan dan anak secara khusus. “Orientasi praksis gerakan ‘Aisyiyah diarahkan pada upaya pembebasan, pemberdayaan, dan pemajuan untuk pencerahan kehidupan,” ujar Noordjannah.
Menurut Doktor Ilmu Ekonomi Universitas Islam Indonesia (UII) ini, gerakan perempuan berkemajuan merupakan pilar strategis masyarakat madani Indonesia. ‘Aisyiyah, ungkapnya, telah mengemban dan berkontribusi membangun kehidupan umat dan bangsa menuju pada peningkatan kesejahteraan, keadilan, dan menjunjung kehidupan yang bermartabat.
Kontribusi ‘Aisyiyah
Termasuk secara khusus memajukan kaum perempuan, membangun perdamaian, dan membangun kehidupan yang religius melalui peran dakwah ‘Aisyiyah dalam berbagai aspek kehidupan. Peran dan kontribusi ‘Aisyiyah dalam pembangunan bangsa misalnya, dilakukan melalui bidang pendidikan dari jenjang PAUD hingga perguruan tinggi.
Hal ini dapat dilihat dengan berdirinya PAUD-TK ‘Aisyiyah Bustanul Atfal sejak 1919 hingga saat ini sudah berjumlah puluhan ribu dan tersebar di seluruh pelosok Tanah Air. Selain itu, SD dan sekolah menengah, pesantren hingga perguruan tinggi di beberapa kota juga telah dihadirkan oleh ‘Aisyiyah.
Untuk bidang kesehatan ‘Aisyiyah mendirikan klinik dan rumah sakit ‘Aisyiyah di beberapa daerah di Indonesia. Dalam bidang ekonomi, organisasi ini membentuk salah satunya gerakan lumbung hidup ‘Aisyiyah.
Begitu pun dalam bidang politik, ‘Aisyiyah juga memiliki peran yang besar. Kemudian memasuki abad kedua perjalanannya, ‘Aisyiyah terus berkomitmen untuk melakukan berbagai upaya strategis.
Sejumlah upaya dan penguatan yang akan dilakukan antara lain pertama, pengembangan keilmuan dan teknolog akan dikembangkan dan menjadi agenda strategis bagi gerakan perempuan. Perempuan kemajuan harus luas wawasannya tentang iptek yang terkoneksi dengan pandangan Islam berkemajuan untuk meraih keselamatan dunia-akhirat.
Kedua, penguatan keluarga sakinah yakni memperkokoh institusi keluaga menjadi keluarga sakinah sebagai basis pembinaan ketakwaan, karena keluarga merupakan poros kehidupan umat, masyarakat, dan bangsa.
Ketiga, reaktualisasi usaha praksis dalam kegiatan-kegiatan pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial, ekonomi, pemberdayaan masyarakat, kesadaran hukum, pendidikan kewargaan dan penguatan jamaah di basis akar rumput. Wujudnya adalah aksi berbasis pemikiran inovatif, kreatif, dan alternatif yang berkemajuan.
Keempat, peran keumatan dan kemanusiaan dimana ‘Aisyiyah harus meneguhkan dan mencerahkan alam pikiran dan praktik keagamaan berdasarkan paham Islam berkemajuan dengan karakter tengahan atau moderat (wasithiyah).
Kemudian kelima peran kebangsaan, yang dalam hal ini ‘Aisyiyah berperan aktif dalam memecahkan permasalahan bangsa yang sangat kompleks. Seperti kemiskinan, lemahnya karakter, solidaritas sosial yang rendah, korupsi, kesenjangan sosial, rendahnya keadaban dalam berdemokrasi dan sebagainya.
Upaya keenam yakni mengembangkan peran internasionalisasi gerakan. Khususnya dalam memperkenalkan dan menyosialisasikan pandangan Islam berkemajuan yang mendorong wasathiyah Islam, amal usaha, dan peran-peran global lainnya melalui Pimpinan Cabang Istimewa ‘Aisyiyah-Muhammadiyah serta aktivitas yang berwawasan internasional lainnya.
Pada pengantarnya, Noordjannah menyampaikan tema arsitektur gerakan perempuan berkemajuan berarti sebuah proses perencanaan dalam konstruksi yang kokoh, artistik dan indah dalam rancangan gerakan perempuan berkemajuan. Menurutnya, Muhammadiyah ‘Aisyiyah memandang penting adanya arsitektur gerakan bahwa bangunan gerakan perempuan muslim penting ada karena nantinya akan menghasilkan calon para pemimpin Muhammadiyah ‘Aisyiyah ke depan.
“Dalam seminar ini kita akan mendiskusikan sebuah gerakan perempuan berkemajuan yang itu secara genuine telah digagas dan menjadi perhatian dan sudah berjalan satu abad lebih yakni gerakan perempuan Muhammadiyah,” kata Noordjannah.
Perempuan berkemajuan adalah alam pikiran dan kondisi kehidupan perempuan yang maju dalam segala aspek tanpa mengalami hambatan dan diskriminasi baik secara struktural maupun kultural. Disebut Noordjannah, ‘Aisyiyah hadir sebagai organisasi perempuan Muhammadiyah yang dihadirkan untuk mewujudkan kehidupan perempuan berkemajuan dalam seluruh aspek kehidupan yang memiliki martabat dan perlakuan yang sama mulia dengan laki-laki tanpa diskriminasi yang berbasis pada nilai-nilai ajaran Islam.
“Kesetaraan atau kesamaan kemuliaan laki-laki dan perempuan itu atas dasar nilai-nilai ajaran Islam. Ini secara teologis mendasari bagaimana perempuan itu harus maju dan bagaimana sebuah gerakan perempuan yang maju itu untuk kepentingan apa,” terangnya.
Sementara, perempuan dalam pandangan Islam memiliki posisi dan peran yang mulia dalam menjalankan kerisalahan nabi yakni sebagai pelanjut dakwah Islam yang termaktub di dalam al-Qur’an. Di antaranya dalam surat Ali-Imran 104, 110, Al-Hujurat 13, At-taubah 71, An-nisa 3 dan 124, Ali-Imran 190 dan 195.
Kemudian, perempuan di dalam menjalankan fungsi utama yang sama dengan laki-laki yang menjalankan ibadah dan kekhalifahan di muka bumi disebut dalam Surat Adz -Dzariyat 56, Al Baqarah 30, Hud 60. Menjalankan kehidupan dengan nilai-nilai akhlak yang utama disebut dalam Surat al Qalam 4, An-Nur 34.
“Oleh karenanya penting landasan teologis di dalam gerakan perempuan berkemajuan agar para perempuan di dalam menjalankan aktivitas kehidupan dan dakwah memiliki landasan yang kokoh pada agama Islam dan menjalankan perannya sebagai panggilan keagamaan menuju kehidupan yang hayatan thayyibah sesuai ajaran Islam,” jelas Noordjannah.