Loading...
Wiki-Aisyiyah

Aisyiyah: Sejarah Singkat

Aisyiyah merupakan organisasi otonom bagi wanita Muhammadiyah yang dibentuk oleh Siti Walidah atau yang biasa dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan bersama dengan suaminya, Kiai Haji Ahmad Dahlan. Aisyiyah didirikan pada tanggal 19 Mei 1917 (27 Rajab 1335 H) di Yogyakarta. Organisasi ini terbentuk di waktu yang bersamaan dengan peristiwa Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW pada tanggal 27 Rajab 1335 H. Tujuan dibentuknya organisasi ini yaitu sebagai wadah pergerakan bagi kaum wanita Muhammadiyah.

Pada awalnya, organisasi ini memiliki nama Sopo Tresno, yang memiliki makna literal ‘siapa suka atau siapa cinta’. Lahirnya Sopo Tresno digagasi oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan bersama istrinya, Nyai Ahmad Dahlan. Pada waktu itu, Sopo Tresno belum menjadi organisasi, hanya suatu forum pengajian untuk wanita, baik tua maupun muda.

Murid-murid Frobel School Aisyiyah angkatan pertama, bertempat di rumah Kyai Penghulu Kraton Yogyakarta, KRT. Sangidu, tahun 1919

Awal Didirikannya Aisyiyah

Sopo Tresno merupakan kelompok pengajian yang dibentuk oleh Nyai Ahmad Dahlan bersama suaminya, KH Ahmad Dahlan. Untuk mengubah Sopo Tresno menjadi organisasi yang konkret, pembentukan organisasi perempuan Muhammadiyah ini diawali dengan adanya rapat yang dilaksanakan di kediaman Kiai Haji Ahmad Dahlan pada tahun 1917. Rapat tersebut dihadiri oleh beberapa pengurus Muhammadiyah antara lain KH Fachrudin, KH Mochtar, Ki Bagus Hadikusumo serta pengurus Muhammadiyah lainnya. Rapat tersebut menghasilkan keputusan bahwa organisasi tersebut akan dibentuk dengan nama Aisyiyah, atas usul Haji Fachrudin.

Dikutip dari m.muhammadiyah.or.id, pada awalnya muncul usulan nama “Fatimah” untuk organisasi perkumpulan kaum wanita Muhammadiyah itu, tetapi usulan nama tersebut tidak diterima oleh beberapa anggota rapat. Lalu, KH Fachrudin mengusulkan nama “Aisyiyah” yang kemudian disepakati dalam rapat tersebut.

Mengapa Dinamakan Aisyiyah?

Berdasarkan yang dikutip dari aisyiyah.or.id, nama Aisyiyah terinspirasi dari nama istri Nabi Muhammad SAW, yaitu Aisyah yang dikenal cerdas dan mumpuni. Muhammadiyah memiliki arti pengikut Nabi Muhammad, sedangkan Aisyiyah memiliki arti pengikut Aisyah. Keduanya merupakan pasangan serasi dalam berdakwah, seperti figur Muhammad dan Aisyah, bahwa Aisyiyah akan berjuang berdampingan bersama Muhammadiyah.

BACA JUGA:   Siti Walidah

Organisasi Aisyiyah diresmikan pada 22 April 1917, yang dikepalai oleh Nyai Ahmad Dahlan atau Siti Walidah. Lalu lima tahun kemudian, organisasi ini ikut menjadi bagian dari Muhammadiyah, organisasi yang didirikan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan.

Frobel School Aisyiyah di Klaten, tahun 1923

Aisyiyah, Gerakan Amal yang Membuahkan Hasil Nyata

Setelah pondasi Aisyiyah terbentuk, Nyai Ahmad Dahlan dengan giat melayani dan memberi pendidikan untuk masyarakat dengan melakukan pembangunan sekolah-sekolah putri dan asrama, serta menginisiasi program pendidikan Islam bagi perempuan melalui organisasi Aisyiyah ini.

Sekolah Aisyiyah sendiri merupakan penganut ideologi pendidikan Ahmad Dahlan, yaitu Catur Pusat : pendidikan di rumah, pendidikan di sekolah, pendidikan di masyarakat, dan pendidikan di tempat-tempat ibadah. Di tahun 1919, Aisyiyah membangun pendidikan dini untuk anak-anak dengan nama FROBEL, yang merupakan Taman Kanak-kanak yang didirikan oleh bangsa Indonesia untuk pertama kalinya.

Pada tahun 1923, Aisyiyah mengadakan kegiatan memberantas buta huruf, baik huruf arab maupun latin. Kegiatan ini memiliki tujuan untuk memperdalam ilmu dan untuk kemajuan emansipasi wanita di dunia publik. Aisyiyah juga mulai menerbitkan majalah organisasi yang dinamakan Suara Aisyiyah di tahun 1926, yang awalnya menggunakan Bahasa Jawa.

Usaha-usaha tersebut membuahkan hasil yang dibuktikan dengan semakin bertambahnya kader Aisyiyah dan berkembangnya organisasi tersebut. Saat ini Aisyiyah mengelola 4.560 satuan pendidikan, 280 fasilitas kesehatan, 459 organisasi sosial, dan 503 industri usaha kecil. Saat ini Aisyiyah memiliki jaringan yang tersebar luas di 34 provinsi, 370 daerah kabupaten atau kota, 2.332 cabang atau kecamatan, dan 6.924 ranting atau desa.

Organisasi Aisyiyah selalu berkembang dan meningkat seiring berjalannya waktu, sehingga Aisyiyah tumbuh sebagai organisasi otonom yang meluas ke seluruh penjuru tanah air.

Pembinaan Kaum Perempuan

Aisyiyah membentuk dan mengembangkan berbagai program untuk pembinaan dan pendidikan perempuan. Program tersebut di antaranya adalah Siswa Praja Wanita yang didirikan di Yogyakarta pada tahun 1919, yang kemudian berganti nama menjadi Nasyi’atul Aisyiyah pada tahun 1931.

BACA JUGA:   Siti Walidah: Memimpin sebagai Seorang Ibu

Gagasan membentuk Nasyi’atul Aisyiyah ini merupakan ide dari Somodirdjo, beliau merupakan seorang guru dari Standart School Muhammadiyah. Ia menekankan bahwa perjuangan Muhammadiyah akan berkembang dengan meningkatnya mutu pendidikan yang diajarkan beliau kepada murid-muridnya, baik di bidang intelektual, spiritual, ataupun jasmani.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *